Malioboro Jalan Legendaris di Yogyakarta
Malioboro merupakan nama salah satu jalan di Yogyakarta. Wisatawan jika
berkunjung ke yogyakarta pasti mampir ke jalan Malioboro, termasuk aku dan
keluarga he...he..he... Begitu mashurnya nama Malioboro sehingga setiap harinya
baik siang atau malam jalan itu dipenuhi wisatawan baik lokal maupun domistik,
terutama pada hari-hari libur.
Asal Usul Nama Malioboro
Nama Malioboro berasal dari nama seorang
kolonial Inggris yakni Marlborough, di mana kolonial inggris pernah menguasai
Yogyakarta antara tahun 1811 – 1816 M. Pemerintah Kolonial Belanda menjadikan
Jalan Malioboro sebagai pusat pemerintahan dan perekonomian. Peninggalan
sejarah yang membuktikan hal tersebut adalah dengan adanya Benteng Vredeburg
yang dibangun Kolonial Belanda pada tahun 1765, sekarang menjadi musium. Istana
Karesidenan Kolonial juga didirikan di kawasan Malioboro, istana karesidenan
sekarang menjadi Istana Presiden. Di samping itu oleh kolonial dibangun pasar
gede yang sekarang di kenal dengan nama Pasar Beringharjo, juga di bangun pusat
pertokoan di sepanjang jalan Malioboro.
Ada Apa Di Jalan Malioboro
Sudah puluhan kali aku ke Jalan Maloboro,
baik pagi, siang dan malam hari, tidak pernah sepi dari pengunjung yang terdiri
dari wisatawan maupun penduduk lokal dengan keperluan masing-masing. Pada pagi
hari aku jalan – jalan di kawasan Malioboro untuk sarapan ( makan pagi ),
karena di situ banyak dijumpai penjual menu sarapan pagi tradisional dan
masakan khas Yogyakarta. Suasana masa lalu atau bahkan masa kecil akan dijumpai
di situ, yakni antri menunggu sarapan sambil berdiri, duduk di trotoar dan
langsung di santap di situ. Hal itu tidak akan pernah kita dilakukan di tempat
lain. He...he...he... aku juga ikut bergabung.
Pada siang hari mulai pukul 09.00 suasana
jalan Malioboro semakin ramai, karena pada pukul 09.00 para pedagang kaki lima
yang jualan di sepanjang pinggiran trotoar mulai membuka barang dagangan. Pada
umumnya tidak ada bedanya dengan para penjual kaki lima di tempat lain, mereka
membuka dagangan dan menunggu datangnya pembeli. Namun yang beda adalah barang
yang dijual yakni hasil kerajinan khas jogja, yang sebagian besar terdiri dari
berbagai pakaian dari bahan batik, juga berbagai kaos kreasi orang jogja. Di
situ juga akan kita temui barang dagangan tradisional yang jarang kita jumpai
di tempat lain seperti bandul kalung binatang ternak, lonceng untuk bel jika
ada tamu di rumah, dan lain-lain. Anda dapat memilih dengan harga yang sesuai
dengan kemampuan. Oh ya, perlu diingat para pedagang di Jalan Malioboro jarang
yang menawarkan barang dengan harga pas, sehingga jika anda berbelanja di sana
harus pandai menawar, tidak usah malu jika menawar sampai separoh dari harga
yang ditawarkan pedagang atau bahkan lebih dari separoh. He...he...he... seni
jual beli.
Pada saat berbelanja atau sekedar melihat
– lihat di Jalan Malioboro, kita tidak perlu kawatir jika lapar, karena di situ
banyak penjual makanan yang dapat di makan di situ atau dibungkus. Ada yang
beda saat kita makan di kaki lima malioboro yakni pada saat kita makan sering
datang pengawen seperti sering kita jumpai di kota lain. Bedanya adalah para
pengawen betul – betul mengamen, walaupun sudah diberi uang, mereka akan tetap
menyelesaian lagu yang dinyanyikan. Aku sangat menikmati lagu – lagu yang di
bawakan. Jadi para pengawen tidak sembarangan mengamen, mereka berbekal
kemampuan memainkan musik/gitar dan lagu yang dikuasainya, yang enak di dengar.
Apalagi jika malam hari dan aku makan bersama mantan pacar, he...he...he...
nostalgia waktu awal cinta mulai bersemi.
Pada hari – hari libur hal yang sangat
memusingkan kita jika berkunjung ke Malioboro adalah mencari tempat parkir.
Padahal banyak disediakan tempat parkir, tetapi semuanya penuh. Oleh karena itu
datanglah ke Malioboro agak pagi sekitar pukul 09.00 sehingga masih kebagian
tempat parkir kendaraan, atau dari penginapan/hotel ke Malioboro jalan kaki
atau naik becak, ongkos becak di Jogja cukup murah, apalagi jika kita mau
membeli oleh – oleh ke toko oleh – oleh, ongkos becak murah sekali, karena
tukang becak akan mendapat fee dari penjual oleh – oleh. Kita juga dapat
keliling jogja dengan menyewa andong atau kereta kuda. Sebelum menyewa ditawar
dulu. Asyik bener naik kereta kuda kayak bangsawan masa lalu
Rute Ke Yogyakarta
Jika kita berwisata ke Yogjakarta, tentu
tidak hanya mengunjungi Jalan Malioboro, karena banyak objek wisata menarik
lain yang dapat di kunjungi. Jangan sampai salah jalan, karena di Yogyakarta
banyak jalan satu arah, sehingga jika salah jalan maka akan memutar lebih jauh
dari tujuan yang akan dikunjungi. Maka aku sarankan sebagai petunjuk arah
menggunakan GPS saja, he...he...he...memanfaatkan teknologi. Pasti tidak salah
jalan.
Selamat berkunjung ke Kota Yogyakarta
terutama Jalan Malioboro, semoga menikmati hari libur anda. Demikian ulasan perjalanan
saya ke Malioboro, semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar